Dec 9, 2011

SD di Jepang: Pendaftaran Masuk SD

April tahun 2012 Banyu akan masuk kelas 1 SD karena umurnya sudah 6 tahun. Jepang memang menerapkan peraturan yang sangat ketat untuk umur masuk sekolah dasar. Hanya yang usianya sudah 6 tahun ke atas yang berhak mendaftar masuk ke SD negeri maupun swasta. Meskipun umurnya 5 tahun 11 bulan pun, yang artinya hanya kurang 1 bulan, tidak akan diterima mendaftar. Kesibukan untuk persiapan pendaftaran sudah dimulai sejak akhir bulan September. Sekitar bulan September bagian pendidikan pemerintah daerah tempat kami tinggal mengirim surat yang berisi pemberitahuan bahwa Banyu tahun depan berhak mendaftar masuk SD. Apabila ingin masuk SD negeri di rayon yang telah ditetapkan (bukan SD swasta) saya harus datang ke kantor pemda untuk mendaftarkan Banyu di sana membawa surat pemberitahuan tersebut dan KITAS milik Banyu. Jadi bedanya dengan di Indonesia adalah mendaftar SD negeri tidak langsung datang ke sekolah tetapi di kantor balai kota.

Tanggal 11 Oktober pergilah saya ke balai kota dan langsung menuju ke bagian pendidikan. Disitu saya diterima dengan baik oleh petugas dan diminta mengisi beberapa formulir. Petugas dengan sopan menyuruh saya menunggu surat pengantar untuk medical check up yang akan diadakan akhir bulan Oktober di tempat yang telah ditentukan. Sebelum masuk SD, anak-anak memang wajib mengikuti pemeriksaan kesehatan lengkap dan tentu saja pemeriksaan ini gratis. Setelah menunggu sekitar 10 menit, selesailah surat pengantar itu, diketik rapi dan berisikan informasi tanggal, tempat pemeriksaan dan sebagainya. Beda rayon SD berbeda pula tanggal dan waktu pemeriksaan kesehatan. Apabila kita tidak bisa mengantar anak untuk ikut pemeriksaan kesehatan pada tanggal yang telah ditetapkan, maka petugas akan memberi satu lembar kertas lain yang berisi jadwal pemeriksaan kesehatan di lokasi lain yang juga telah ditetapkan, sehingga si anak tetap bisa mengikuti pemeriksaan kesehatan. Lokasi periksa bervariasi, mulai dari di dalam salah satu SD, gedung pertemuan, sampai Bagian Kesehatan dan Kesejahteraan di balai kota.

Kantor balai kota tempat mendaftar SD
Banyu kebetulan dapat lokasi pemeriksaan di SD yang akan dimasukinya nanti. Tanggal 28 Oktober setelah makan siang di sekolah, Banyu cepat-cepat saya jemput karena pemeriksaan akan dimulai pukul 2 siang. Selain membawa surat pengantar, saya juga harus membawa buku boshi techou (母子手帳), yaitu semacam buku catatan riwayat kesehatan dan imunisasi anak, dan tak lupa membawa slipper alias sandal untuk di dalam rumah, karena tidak diperkenankan masuk ke ruangan di dalam gedung SD dengan bersepatu, jadi sesampai di sana kami harus menukar sepatu kami dengan sandal itu. Kami jalan kaki menuju sekolahnya (kira-kira memerlukan waktu 5 menit, dekat banget kan hehehhehe...) sambil ngobrol ini itu. Sekolah dasar negeri disini memang dirayon berdasarkan tempat tinggal. Jadi kita tidak bisa seenaknya saja memilih untuk memasukkan anak ke SD yang kita suka. Ketika saya mendaftar di balai kota, petugas pun langsung memberi tahu SD mana yang harus dimasuki Banyu berdasarkan alamat tempat tinggal saya. 

Sesampai di sana, antrian sudah lumayan panjang. Banyu senang sekali karena di sana bertemu dengan beberapa teman dari nursery school nya yang juga akan masuk ke SD yang sama. Pemeriksaan diadakan di aula olah raga yang luas. Setelah berganti sandal dan melakukan daftar ulang, kami dipersilahkan antri di depan dokter yang akan memeriksa. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan gigi. Saya lihat sudah ada 4 orang dokter gigi yang bertugas disertai asistennya masing-masing. Untunglah gigi Banyu tidak bermasalah atau berlubang. Yatta!!! Selesai di tempat pemeriksaan gigi, kami pindah ke ruang lain di lantai 2 untuk pemeriksaan badan. Lagi-lagi kami harus antri di lorong sebelum masuk ruangan. Kami diminta antri dengan rapi mepet ke tembok supaya tidak mengganggu lalu lintas di lorong itu. Tak lupa guru-guru yang bertugas meminta kami semua untuk menjaga ketenangan dan tidak bercakap-cakap dengan suara keras agar tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. 

Tak berapa lama, kami dipanggil masuk ke ruang kelas yang dijadikan ruang periksa. Ada 3 orang dokter dan suster di sana. Ketika giliran Banyu diperiksa, dokter dengan ramah menyapanya agar tidak terkesan seram. Karenan tidak ada yang khusus dengan kondisi kesehatan Banyu, selain itu ia pun sudah mendapatkan semua imunisasi yang diharuskan, pemeriksaan itu selesai cepat dengan hasil memuaskan. Selesai pemeriksaan kami harus mengambil satu amplop di meja yang dijaga oleh dua orang guru. Amplop itu berisi jadwal pertemuan persiapan masuk SD selanjutnya (sekitar awal Februari), kartu data pribadi anak yang harus diisi, dan beberapa formulir lain.

Banyak yang harus dipersiapkan untuk SD nanti. Saya belum sempat membeli ransel khusus untuk anak SD. SD negeri di Jepang memang menyeragamkan tas sekolah yang disebut randoseru ini. Ransel ini terbuat dari kulit, kuat dan tebal. Yang paling ringan beratnya sekitar 900 gram!! Hampir 1 kg kan... Harganya berkisar antara 10 ribu sampai 50 ribu yen (1 juta-5 juta). Harganya tampak mahal, tetapi biasanya ransel ini dibeli satu kali ketika akan masuk SD dan dipakai terus selama enam tahun sampai si anak lulus. Bila kita hitung dengan membagi harga itu dengan hari belajar selama enam tahun, tentu saja harganya jadi tampak murah kan. Ransel berbentuk kotak ini sudah dipakai di SD Jepang sejak tahun 1955. Ransel yang diadopsi dari ransel para tentara ini pertama kali dipakai oleh murid sekolah Gakushuin (sekolah anak keturunan keluarga kerajaan, bangsawan, politikus,  dan sebagainya) pada tahun 1886, waktu itu bentuknya belum kotak seperti sekarang. 2 tahun kemudian, ransel berbentuk kotak yang merupakan cikal bakal ransel yang sekarang pertama kali digunakan oleh seorang putra mahkota saat itu. Ransel itu dibuat khusus atas pesanan Ito Hirobumi, perdana menteri pertama Jepang.

Salah satu jenis ransel yang diiklankan di toko online
Ransel kini sudah sangat berkembang dari bentuk awalnya. Paling tidak rasanya sekitar sepuluh tahun yang lalu kebanyakan ransel yang digunakan anak SD hanya dua warna, yaitu merah (biasanya untuk anak perempuan) dan hitam untuk anak laki-laki. Harganya pun mahal, tidak ada ransel seharga 10 ribu seperti saat ini. Ransel saat ini lebih berwarna warni dengan berbagai macam desain meski tidak meninggalkan bentuk asalnya. Para produsen ransel pun berlomba-lomba menciptakan ransel yang ringan, minimal mengurangi beban di pundak anak dengan memberi busa dan sebagainya. Salah satu produk yang sangat populer adalah tenshi no hane (tenshi artinya malaikat, hane artinya sayap) yang mengklaim produknya terasa ringan dan mudah digunakan karena seukuran kertas A4 (ransel yang sebelumnya lebih kecil). Desainnya pun bermacam-macam berbeda dengan ransel sebelumnya yang biasanya polos saja. Ngomong-ngomong, Banyu sudah pesan agar dibelikan ransel warna biru muda yang di bagian dalamnya ada desain bergambar heart. Maitta naaa..... :)

1 comment: